Memilih Pola Makan Ideal
Dunia modern yang telah meresepkan pola makan tinggi Karbohidrat, rendah Lemak dan menambah snack diantara 3x makan, telah mengakibatkan insiden meningkatnya kemunculan berbagai masalah kesehatan seperti Obesitas, Diabetes, Kanker, Autoimmune, dan problem psikologi seperti depresi dan anxiety.
Sebagai tambahan, kemunculan masalah-masalah ini justru mulai menyerang di populasi umur yang masih muda. Masalah-masalah kesehatan yang muncul di masa kini, bukan akibat defisit energi melainkan surplus energi setiap saat, yang identik dengan karakter berbagai macam masalah kesehatan yang bersifat Anabolik (Berkembang / Boros Energi).
Sebelum bertanya kenapa makin banyak masalah kesehatan yang kronis dimasa kini, disaat teknologi kesehatan lebih maju, maka lihatlah apa yang melimpah dan mudah ditemukan disekitar kita. Opsi-opsi apa yang menjerumuskan kita ke pola hidup dan pola makan yang salah.
Jika kita perhatikan, resep pola hidup dan makan di masa kini, sangat berbeda dengan pola hidup nenek moyang kita. Dimana periode tanpa makanan (Puasa), lebih sering dilalui dibanding periode makannya.
Rahasia pola hidup manusia sebenarnya terletak di perbandingan antara periode puasa (tanpa makanan) dan periode makan (konsumsi makanan). Dimana periode makan ini sering dilalui hanya 1/3 hari (8 jam) dan bahkan bisa membutuhkan beberapa hari untuk memperoleh makanan (3 – 5 hari).
Dari sini kita dapat melihat metabolisme manusia ideal sebenarnya, dimana hanya metabolisme lemak lah (Ketosis) yang sangat cocok dengan pola evolusi manusia dimuka bumi. Periode tanpa makan (Puasa) akan sangat mudah dilalui, dan justru merupakan periode dimana manusia menemukan keseimbangan (homeostasis) yang sebenarnya.
Bandingkan dengan pola hidup masa kini, dimana sebagian besar waktu, dihabiskan dengan periode makan (13 jam – 16 jam dalam 24 jam) sehingga terbentuk keseimbangan yang hanya diperoleh di periode makan.
Tidak heran jika manusia saat ini, selalu mencari dan berusaha membentuk keseimbangan permukaan dengan cara makan, sehingga makanan selalu menjadi pembentuk keseimbangan setiap saat. Dan bila terjadi periode tanpa makanan (Puasa) yang diperpanjang, maka mudah muncul gejala-gejala yang bersifat antagonis terhadap kemampuan tubuh manusia bertahan hidup tanpa makanan.
Logikanya, jika makin lama manusia melalui periode tanpa makan, maka seharusnya tubuh justru akan memberikan energi dan kordinasi yang lebih untuk meningkatkan probabilitas memperoleh makanan. Periode tanpa makanan, adalah periode dimana manusia menemukan energi sebenarnya, untuk bergerak dan mencari makanan. Dengan cara inilah manusia dapat berevolusi dan bertahan hidup dimuka bumi, yang tidak selalu subur dan melimpah akan bahan pangan.
Bagaimana dengan metabolisme manusia saat ini?
Saat melalui periode tanpa makanan, yang diperpanjang, justru menimbulkan berbagai gejala (beban/penyakit) yang melemahkan dan antagonis dengan usaha memperoleh makanan. Dan semakin lama periode puasa dilalui, semakin cepat menurunkan level energi.
Apakah pola hidup manusia saat ini adalah pola hidup ideal manusia sebenarnya ?
Dimana kemampuan bertahan hidupnya ?
Dimana keseimbangan (Homeostasis) sebenarnya ?
Itulah dasar dari Fastosis, yang merupakan protokol untuk mengembalikan manusia kembali ke metabolisme ideal sebenarnya. Walau harus menyingkirkan beban-beban (gejala/penyakit) yang menghalangi kemampuan tubuh manusia, untuk kembali memperoleh metabolisme bertahan hidup (survival mode) yang sebenarnya.
Menemukan keseimbangan (homeostasis) sebenarnya dari manusia, adalah dengan menemukan tenaga yang melimpah disaat periode tanpa makanan, sehingga memberi support yang optimal untuk menjalani hari dengan aktivitas tinggi sekalipun.
Menemukan metabolisme yang mendukung konsentrasi, kordinasi, ketelitian, KETENANGAN dan KESABARAN, di kondisi tanpa makanan, adalah KUNCI yang akan mendukung usaha manusia memperoleh makanan untuk menjaga kelangsungan hidup. (Eat to Live Not Live to Eat).
Dari analogi mudah diatas, maka muncul pertanyaan dari sisi pola hidup dan pola makan manusia ideal sebenarnya
- Apakah betul manusia ditakdirkan untuk menghabiskan waktu di periode makan dibanding periode tanpa makanan ?
- Apakah betul manusia ditakdirkan menggunakan Karbohidrat, sebagai sumber energi utama setiap hari ?
2 pertanyaan diatas, akan menjawab arti Fastosis sebenarnya. Dimana kondisi yang diciptakan oleh protokol Fastosis, adalah kondisi yang membatasi manusia dari OPSI yang tersedia dan membuat manusia menjadi mahluk yang berlebih-lebihan dimuka bumi.
Karbohidrat (Glukosa) = Hanya bisa diperoleh dari sumber makanan, dan hanya sedikit (sebentar) disimpan didalam tubuh sebagai cadangan.
Lemak = Bisa diperoleh dari sumber makanan, namun dapat ditemukan dalam jumlah besar di tubuh sebagai bentuk penyimpanan energi manusia sebenarnya, disaat periode tanpa makanan.
Ketone = Missing Link, dari sumber energi manusia sebenarnya di masa lalu yang mampu melalui periode tanpa makanan lebih lama, dimana dengan adanya sirkulasi ketone didarah, maka kebutuhan akan Glukosa diotak menjadi rendah dan bisa digantikan dengan Ketone. Dan kebutuhan absolut akan Glukosa ditubuh akan bisa dipenuhi dengan mudah melalui produksi glukosa di Liver dari sumber Lemak dan Protein (Gluconeogenesis dari Glycerol, Amino Acid dan Lactate).
Dengan demikian terjawab sudah, bahwa Fastosis adalah usaha mengembalikan Pola Hidup manusia sebenarnya, yang menghasilkan Pola Makan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi metabolisme lemak yang optimal (Ketosis).
Pertanyaanku ?
Dari sekian banyak Pola Makan yang diciptakan manusia saat ini, apakah didesign untuk mengacu ke Pola Hidup manusia sebenarnya di masa lalu ?
atau hanya berdasarkan anatomi manusia, seperti susunan gigi, dan tidak memiliki cakar ?
Karena senjata manusia sebenarnya, untuk bertahan hidup di muka bumi dan menguasai bumi, bukanlah dengan taring dan cakar. Melainkan dengan Otak Manusia yang merupakan organ terbesar dibanding spesies lain dimuka bumi.
Dengan Otak, manusia mampu menciptakan senjata, strategi, dan mengolah makanannya untuk bisa dikonsumsi.
Jika Karbohidrat menjadi unsur utama sumber energi di berbagai pola makan yang diciptakan tersebut, sudah pasti menjadi tanda tanya terhadap kompabilitas di periode tanpa makanan yang sering dilalui manusia di masa lalu. Dan sudah pasti Pola Makan tersebut di design dengan anggapan bahwa makanan selalu melimpah seperti saat ini, dan juga anggapan bahwa bumi ini selalu subur setiap saat dan dimanapun.
THINK – THINK HARD
be Smart, be Wise
Share Knowledges with Love, Not Hate
By : Tyo Prasetyo
Source:
https://www.ketofastosis.com/mencari-pola-hidup-untuk-memilih-pola-makan-ideal