Homeostasis Kondisi Puasa vs Kondisi Makan
Homeostasis di Kondisi Makan keseimbangan yang dicari dengan cara selalu makan adalah keseimbangan permukaan yang diciptakan dari makanan yang selalu dimakannya. Sama halnya seperti keseimbangan yang diperoleh dengan cara memakan obat untuk mengatasi rasa sakit.
Contoh termudah adalah konsumsi anti-oksidan dalam jumlah besar untuk mengatasi masalah “Oxidative Stress” ditubuh akibat makanan tinggi karbohidrat (Glukosa). Ini sama halnya dengan menutupi kenyataan bahwa Karbohidrat lah akar masalahnya dari produksi Radikal Bebas (ROS – Reactive Oxygen Species) berlebih ditubuh, dengan kembali menggunakan makanan yang kaya anti-oksidan sebagai penawarnya. Karena tanpa penawarnya, tubuh akan mengalami kesulitan membersihkan radikal bebas ini, hanya dengan menggunakan kemampuan produksi anti-oksidan alami seperti Gluthatione.
Konsumsi tinggi karbohidrat ini juga akan menyebabkan melemahnya fungsi mitochondria (generator energi sel), dimana ekses glukosa dan ekses insulin akan membebani serta melemahkan mitochondria didalam sel-sel tubuh. Ujungnya, disfungsi terhadap mitochondria, mengakibatkan pula berbagai abnormalitas sel-sel tersebut, seperti pada patofisiologi dari insulin resistance, diabetes, Kanker, autoimmune, dan berbagai metabolic disorder lainnya yang marak berkembang dan menjadi epidemik dimasa kini.
Homeostasis di Kondisi Puasa Keseimbangan yang diperoleh dengan cara Puasa, adalah akar keseimbangan manusia sebenarnya. Dimana dikondisi tanpa makanan, manusia mampu menemukan potensial terbaiknya dari sisi Psikologi, Metabolisme dan Sistem Immune. Ini terjadi karena Puasa akan melatih kemampuan adaptasi tubuh terhadap stress dan ancaman yang terjadi didalam tubuh dan menciptakan adaptasi untuk membentuk keseimbangan yang konkrit dan sempurna.
Contoh termudah, adalah dengan tidak makan dan menghindari karbohidrat, maka tubuh akan memiliki level Oxidative Stress yang jauh lebih rendah dibanding saat harus tertekan dengan beban metabolisme terhadap glukosa, yang memicu ekses produksi Radikal Bebas (ROS). Selain itu, Puasa akan meningkatkan produksi anti-oksidan alami didalam tubuh, dan akan memberikan kesempatan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas lain seperti perbaikan, regenerasi, pengawasan dan eliminasi di level seluler, dimana sebelumnya sulit dilakukan, akibat rendah nya energi ditubuh saat usus melakukan proses pencernaan makanan (kondisi makan).
Menghindari karbohidrat, artinya menghindari akar masalah untuk masuk ketubuh. Sehingga tidak banyak butuh penawar seperti anti-oksidan dari makanan untuk mengatasi efek radikal bebas berlebih yang diakibatkan konsumsi tinggi karbohidrat. Dan dengan beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi ditubuh, maka otomatis juga akan meningkatkan kapasitas oksidasi didalam sel-sel tubuh, dimana metabolisme lemak akan memicu pembelahan mitochondria (generator energi sel) yang menghasilkan potensi metabolisme sel yang lebih tinggi dan optimal.
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat keseimbangan (Homeostasis) sebenarnya terletak dikondisi Puasa dan bukanlah di kondisi Makan. Karena Kondisi puasa adalah kondisi dimana tubuh akan menghasilkan energi dari cadangan lemak yang disimpannya, sebagai substansi bahan bakar ideal manusia sebenarnya.
Sebaliknya kondisi makan, adalah kondisi yang membutuhkan energi besar untuk mencerna dan membentuk substansi lemak, saat ekses kalori terjadi dan memicu tubuh untuk mengkonversikan glukosa yang diperoleh dari makanan, menjadi Lemak (Saat makan karbohidrat yang memicu insulin, disertai dengan ekses kalori).
Makan = Anabolik, Membutuhkan Energi (Rest & Digest)
Puasa = Katabolik, Menghasilkan Energi (Fight or Flight)
Dengan analogi diatas, sudah jelas bahwa manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang sering melalui kondisi Puasa , dibandingkan kondisi Makan. Karena manusia adalah mahluk yang seharusnya produktif dan aktif secara fisik sepanjang hari, terutama di pagi hari hingga sore hari.
Jadi sudah seyogyanya lah jika usaha untuk memperoleh keseimbangan (Homeostasis) yang sebenarnya terletak di penguasaan kondisi Puasa, bukan penguasaan kondisi Makan.
Homeostasis Kondisi Makan = Menggunakan Penawar untuk mengatasi/mengakali akar masalah
Homeostasis Kondisi Puasa = Menghindari akar masalah untuk mencapai keseimbangan ideal sebenarnya
PERTANYAAN KU
- Apakah tidak sarapan yang menyebabkan kemunculan Gejala ?
- Apakah memperpanjang puasa hingga 16 jam – 20 jam menyebabkan kemunculan Gejala ?
- Apakah melepas karbohidrat menyebabkan kemunculan Gejala ?
Jika salah satu, dua atau ketiga pertanyaan diatas dijawab “YA” Tanya diri sendiri, apakah yakin sudah sehat dan menemukan keseimbangan (homeostasis) sebenarnya atau hanya menutupi gejala dengan makanan ?
STOP MAKAN SETIAP SAAT
STOP MELIHAT NAMA MAKANAN
MULAI LIHAT NUTRISI DIDALAM MAKANAN
MULAI PILIH NUTRISI ESSENSIAL BUKAN LAGI NUTRISI KOSONG TINGGI KALORI
MULAI MAKAN UNTUK HIDUP BUKAN HIDUP UNTUK MAKAN
PUASA UNTUK MEMBATASI DIRI DARI OPSI YANG MELIMPAH DISEKITAR KITA
PUASA UNTUK MENCIPTAKAN KESEIMBANGAN IDEAL SEBENARNYA
be Smart, be Wise
Knowledges is Power, then Share it with Love not Hate
By : Tyo Prasetyo
Source:
https://www.ketofastosis.com/homeostasis-kondisi-puasa-vs-kondisi-makan